Menyusuri Kenangan Soekarno di Kota Blitar |
Saya tidak menyangka kalau perjalanan mudik saya kali ini membuat saya tahu lebih banyak mengenai Soekarno, bapak bangsa kita - sang Proklamator. Berawal dari menonton film Indonesia berjudul "Soekarno" yang diperankan oleh Ario Bayu (never know about this actor before, but for sure he s my fave Indonesian actor for this moment) yang saya tonton di pesawat dari Amsterdam ke Jakarta itu.
Saya sempat tahu saja sebelum film ini tayang di bioskop banyak sekali drama pro dan kontra nya, bahkan dari keluarga Soekarno sendiri. Terlepas dari cerita di balik layar itu semua, saya sungguh sangat menikmati film ini dan terus terang saya jadi tahu bahkan nge fans dengan mantan istri Soekarno, Inggit Garnasih yang memiliki prinsip "itu mah pamali, ari dicandung mah cadu" ( itu pantang, kalau dimadu pantang ), prinsip inilah yang membuat ibu Inggit rela diceraikan daripada dimadu saat Fatmawati mulai hadir di kehidupan Soekarno, kurang lebih seperti itulah cerita percintaan di antara mereka bertiga.
Sosok Soekarno yang saya bayangkan dari tontonan film saat berada dia atas awan itu akhirnya membawa saya ke kota Blitar, kota yang membesarkannya, kota yang juga menjadi rumah keabadiannya.
Sesungguhnya selama di Blitar, baru kali ini saya melihat dan merasakan fanatisme suatu kota yang begitu menyanyangi seorang individu, poster Soekarno dalam berbagai pose menghiasi dinding ruang tamu rumah penduduk, sampai di jendela angkutan umum, roh nya saya rasakan betul.
3 hari berada di Blitar ternyata masih belum cukup, kota ini ternyata nganggenin luar biasa, mungkin ini yang namanya simplicity at its best. Dengan waktu yang tidak seberapa itu, saya masih menyempatkan diri mengunjungi beberapa tempat wajib kunjung di Blitar, tentunya yang pertama adalah mampir ke Istana Gebang.
Istana Gebang merupakan rumah orang tua Soekarno, disinilah beliau sering menghabiskan waktu selama remaja. Disebut Istana memang beralasan, platarannya yang luas dengan bangunan rumah yang besar namun jauh dari kesan mewah, malah sebaliknya nyaman dan asri.
Memasuki rumah besar ini para pengunjung diwajibkan mengisi buku tamu, membuka alas sepatu dan lalu ada pemandu wisata yang akan menemani.
Ruang tamu dan ruang keluarga dengan atap tinggi dan jendela-jendela besar membuat ruangan ini sangat adem, furniture kuno milik orang tua Soekarno dibiarkan disana, lemari-lemari kaca menyimpan potongan-potongan dokumen tua dari surat kabar, lalu pigura-pigura foto yang berisi foto-foto Soekarno dan orang tua nya lalu kakak perempuannya, juga terlihat foto-foto anak-anak dan beberapa istri Soekarno.
Istana Gebang - Rumah Semasa Remaja Bung Karno |
Ruang Makan Keluarga di Istana Gebang |
Kamar Tidur Bung Karno Masa Muda di Istana Gebang |
Besar harapan saya agar pemandu wisata ini dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan saya, saya penasaran bagaimana akhir hidup Soekarno yang konon sangat menyedihkan, sayangnya pemandu wisata ini hanya menjelaskan sesuai template dan tidak nyambung dengan pertanyaan.
Di halaman belakang Istana Gebang terdapat garasi yang masih menyimpan mobil kuno yang mewah pada masanya yang juga adalah milik Soekarno.
Dari Istana Gebang, tidak begitu jauh dari situ saya ditemani oleh guest relation Tugu Hotel Blitar, melanjutkan perjalanan menuju Perpustakaan Bung Karno yang berada satu area dengan makam Soekarno. Makam Bung Karno di Blitar ini adalah salah satu ikon kota yang sampai sekarang masih ramai dikunjungi oleh para peziarah dari seluruh pelosok tanah air.
Bung Karno dimakamkan di tengah-tengah makam ibu dan ayahandanya, dihiasi nisan dari batu pualam berwarna hitam lengkap dengan tulisan "Disini dimakamkan Bung Karno Proklamator Kemerdekaan Dan Presiden Pertama Republik Indonesia. Penyambung Lidah Rakyat Indonesia."
Arsitektur bangunan komplek makam ini terinspirasi akan gaya Jawa kuno dimana terlihat seperti joglo lengkap dengan seni ukirannya. Bangunan utama disebut dengan Cungkup Makam Bung Karno, cungkup berbentuk bangunan Joglo ini diberi nama Astono Mulyo.
Setiap tanggal 1 Juni setiap tahunnya, kota Blitar dan makam Bung Karno akan lebih ramai lagi dikunjungi oleh para wisatawan karena tepat pada hari itu diadakan Upacara Grebeg Pancasila yaitu acara mengenang proses pembuatan Pancasila yang menjadi landasan hukum Indonesia.
Bung Karno dimakamkan di tengah-tengah makam ibu dan ayahandanya, dihiasi nisan dari batu pualam berwarna hitam lengkap dengan tulisan "Disini dimakamkan Bung Karno Proklamator Kemerdekaan Dan Presiden Pertama Republik Indonesia. Penyambung Lidah Rakyat Indonesia."
Arsitektur bangunan komplek makam ini terinspirasi akan gaya Jawa kuno dimana terlihat seperti joglo lengkap dengan seni ukirannya. Bangunan utama disebut dengan Cungkup Makam Bung Karno, cungkup berbentuk bangunan Joglo ini diberi nama Astono Mulyo.
Gerbang Makam Bung Karno di Blitar |
Peziarah di depan makam Bung Karno, Blitar |
Setiap tanggal 1 Juni setiap tahunnya, kota Blitar dan makam Bung Karno akan lebih ramai lagi dikunjungi oleh para wisatawan karena tepat pada hari itu diadakan Upacara Grebeg Pancasila yaitu acara mengenang proses pembuatan Pancasila yang menjadi landasan hukum Indonesia.
Kota Blitar bukan saja berbangga akan sosok Proklamator bangsa, tapi Blitar juga merupakan rumah akan candi Hindu terbesar di Jawa Timur, Candi Penataran.
Cuaca yang tidak mendukung, hujan terus menerus di hari terakhir saya di Blitar membuat saya tidak bisa menikmati Penataran dengan leluasa, mungkin ini pertanda saya harus kembali lagi ke Blitar karena masih ada 1 bucket list yang belum terlaksana disana : makan malam di depan Plataran Candi Penataran yang megah. One day !
Cuaca yang tidak mendukung, hujan terus menerus di hari terakhir saya di Blitar membuat saya tidak bisa menikmati Penataran dengan leluasa, mungkin ini pertanda saya harus kembali lagi ke Blitar karena masih ada 1 bucket list yang belum terlaksana disana : makan malam di depan Plataran Candi Penataran yang megah. One day !
0 Response to "Menyusuri Kenangan Soekarno di Kota Blitar"
Post a Comment